BUKAN
MILIKKU
Di tengah hiruk-pikuk
isi rumah, malam ini terasa menguburku hidup-hidup. Kamar ini tak ada beda
dengan ruang tak berpintu. Hatiku berontak, aku tidak ingin melewati malam ini.
Sekuat hati berontak, secepat pula mutiara bertaburan. Tiba-tiba ada seorang
yang mengetok pintu.
tok...tok...
(aku berjalan menuju pintu)
“Mama”. Sapaku
“Ya, anak mama
udah siap”.
“Tidak ma,
aku tidak mengiginkan pesta ini”.
“Sudah,
kamu cepat turun ke bawah para tamu sedang menunggu”.
(sembari berbalik jalan ke arah keluar)
Tuhan
apa yang harus aku perbuat, semua ini tidak adil. Usia yang menginjak dewasa
tidak harus aku menerima kutukan seperti ini. Aku berhak menentukan
kebahagiaanku sendiri. Hati kecilku menangis. Tubuh ini sudah tidak menyatu
lagi. Tak lama kemudian, bibi datang menjemputku untuk turun ke bawah.
“Non,
tamu-tamu di luar sedang menunggu kehadiran non”
“Bi, aku
tidak mau turun.”
“Jangan
gitu non, kasihan tuan dan nyonya”
“Ayo non”. (dengan merapikan pakaianku)
Tak ada pilihan lain,
aku keluar dan turun menuju tangga. Gaun putih dengan kombinasi ungu yang aku
kenakan, aku tertatih-tatih menuju anak tangga untuk hadir ditengah-tengah
suasana. Kakiku ikut bicara, aku mau dibawa kemana? Langkah ini hanya membawaku
ke dalam penderitaan sepanjang urat nadiku. Pelan tapi pasti, aku melangkah
dengan tubuh kaku. Para tamu terpesona dengan kehadiranku.
“Waah...cantik
sekali”. Kata salah satu tamu
“Ya tidak
salah lagi, dia benar-benar sempurna”. (sambil
geleng-geleng kepala)
Terbesit di gendang
telingaku, hal itu sangat kontradiksi dengan kenyataan hidupku saat ini. Kesempurnaan
hanya milik orang-orang yang menikmati hidup dengan kebebasan. Keindahan hanya
milik yang memandang. Bukan milikku. Lima menit kemudian, acara akan segera
dimulai. Semua tamu membisu terhanyut dalam keheningan malam. Host acara
membuka dengan alunan suara merdu menyapa para tamu. Aku hanya bisa berdiri
meratapi hidup yang sebentar lagi akan menjadi seekor kupu-kupu yang tak
berdaya. Tanpa terasa prosesi tukar cincin sudah di depan mata. Sebuah cincin
yang menebar kemewahan menghiasi isi ruangan ini. Lingkaran cincin di jari
manis sebuah tanda ikatan sakral dari suatu hubungan. Cincin berlian ini telah
membeli air mata dalam kehidupanku.
Satu kata buatmu?
Kebebasan
yang kunanti......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar